“Menjadi Guru Inspiratif Itu Mudah”
Ditulis Oleh: Dholina Inang Pambudi, M.Pd
Guru adalah sebuah profesi yang mulia, bahkan konon ada yang menyebut guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Karena profesi guru adalah sebuah amanah yang besar, yang harus dijalani dengan melibatkan segenap kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Apabila guru hanya melibatkan kemampuan intelektualnya saja, maka guru tersebut hanya akan menjadi guru yang teoritis. Apabila hanya melibatkan sisi emosionalnya saja yang dominan, maka akan melahirkan guru yang temperamental. Banyak sekali kasus guru memukul siswa karena siswa tidak bisa menjawab sesuai dengan keinginan guru. Seharusnya menjadi seorang guru adalah panggilan hati sehingga bersinergi antara sisi intelektual (ilmu yang dikuasai), emosional (peka dan mampu memahami peserta didik), dan spiritual (guru adalah sebuah amanah sekaligus ibadah yang akan dipertanggung jawabkan kepada yang Maha Kuasa).
Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mengajarkan ilmu dengan baik, bisa memahami kondisi kejiwaan peserta didik, yang mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah kemajuan.
Guru yang inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda (fisik, intelektual, sosial-emosional). Setiap individu adalah unik, ketika kita memperhatikan peserta didik di kelas dengan latar belakang usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan, kemampuan, temperamen, minat yang beragam terhadap suatu pelajaran. Belum tentu anak yang duduk manis, diam itu memperhatikan dan mampu menyerap materi pelajaran dengan baik. Belum tentu juga anak yang ramai, tidak bisa diam di kelas itu identik dengan anak yang nakal dan bodoh. Agar kita bisa menjadi guru yang inspiratif seharusnya kita mampu memahami kondisi psikologis siswa yang beragam, dan selalu kita tanamkan bahwa “tidak ada anak yang bodoh” . Belum tentu anak yang dicap bodoh oleh gurunya itu tidak punya kelebihan, pasti di sisi lain anak tersebut mempunyai kelebihan di bidang lain mungkin bisa menonjol di musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, matematic logic, spatial, maupun perpaduan dari beberapa 8 multiple intelegency tersebut.
Dengan mengenal lebih dekat pada peserta didik, guru akan dapat menemukan strategi yang tepat dalam memberikan bimbingan dan membangkitkan motivasi belajar mereka. Apabila semua guru mampu merubah mindset demikian, mampu memahami kondisi peserta didik dengan baik, maka peserta didik akan merasa nyaman berada di kelas, tidak ada anak yang membolos, bahkan kehadiran guru inspiratif tersebut akan selalu dinanti di kelas. Kesiapan guru mengenal karakteristik peserta didik dalam pembelajaran adalah modal utama terhadap keberhasilan dalam pembelajaran. Siapkah Anda menjadi guru yang inspiratif? (Dho).