PGSD UAD Gelar Kajian Thaharah dalam Kegiatan BERTASBIH
Yogyakarta (25/06/2025) PGSD FKIP UAD menyelenggarakan kegiatan BERTASBIH (Belajar dan Tadarus Al-Islam dan Kemuhammadiyahan) dengan mengangkat tema “Thaharah”. Materi di sampaikan oleh Muhammad Ridha, S.Th.I., M.Ag. Kegiatan ini bertujuan menanamkan pemahaman mendalam mengenai pentingnya bersuci dalam ajaran Islam.
Materi kajian menyoroti posisi penting thaharah sebagai syarat sah ibadah mahdhah, khususnya shalat yang dikenal sebagai tiang agama. Kesucian diri menjadi landasan utama dalam menjalin kedekatan spiritual kepada Allah. Dalam ajaran Islam, menjaga kebersihan bukan hanya aktivitas fisik, tetapi merupakan bentuk ibadah yang mencerminkan keimanan.
Penjelasan di mulai dari pengertian thaharah secara bahasa dan istilah. Secara bahasa, thaharah berarti suci dan bersih, mencakup kebersihan lahir dan batin. Dalam istilah fiqh, thaharah di maknai sebagai proses menyucikan diri dari najis dan hadas. Proses ini mencakup pembersihan badan, pakaian, dan tempat ibadah. Hukum thaharah bersifat wajib bagi siapa pun yang akan melaksanakan shalat.
Perbedaan antara najis dan hadas turut di bahas secara rinci. Najis adalah kotoran nyata yang dapat di kenali melalui pancaindra, seperti bau, warna, dan rasa. Najis dapat menempel pada tubuh, pakaian, atau tempat. Sementara hadas merupakan kondisi tidak suci secara hukum tanpa bentuk fisik yang tampak. Kedua hal ini menghalangi seseorang untuk beribadah dan harus di sucikan.
Jenis-jenis najis di jelaskan secara klasifikasi: najis ringan (mukhaffafah) seperti air kencing bayi laki-laki yang hanya mengonsumsi ASI, najis sedang (mutawassithah) seperti darah, dan najis berat (mughallazah) seperti najis anjing. Cara menyucikan najis di lakukan dengan menghilangkan zat dan sifatnya menggunakan air, sedangkan hadas di hilangkan melalui wudhu, mandi, atau tayamum.
Kajian menegaskan bahwa thaharah bukan sekadar tata cara ibadah, melainkan simbol ketertiban dan kesadaran spiritual. Kesucian lahir dan batin harus berjalan seiring. Thaharah tanpa taubat bisa melahirkan kepalsuan religius, sedangkan taubat tanpa thaharah membuat keimanan kehilangan bentuk nyata. Ajaran ini menjadi penanda bahwa Allah mencintai kebersihan dan orang-orang yang senantiasa memperbaiki diri.
(may)